PEMBUATAN KABEL JARINGAN
UNTUK KONEKSI PEER TO PEER
1. Tujuan
Ø Mahasiswa
mampu memahami pengkoneksian peer to peer.
Ø Mahasiswa
mengetahui kekurangan dan kelebihan menggunakan jaringan peer t peer.
2.
Dasar
Teori
Dalam
Suatu arsitektur jaringan, perlu adanya suatu komputer yang ditunjuk secara
full-time server, sedangkan yang lain (seperti user workstations) menjadi
full-time client. Sebagai contoh sebuah file server menjadi house hard driver
yang berisi semua file dari masing-masing pengguna jaringan tersebut dan dapat
diakses dari komputer pribadi pengguna. Setelah bekerja pada file, maka user
dapat menyimpan perubahan dan penambah file ke jaringan tersebut. Contoh lain
server akan diatur sebagai “Post Office” untuk menyebarkan kesemua Jaringan
Client. Peer to Peer dan Client Server memiliki kelebihan dan kekurangannya. On
Balance, however, konfigurasi client server lebih baik dari pada peer to peer,
terutama di lingkungan bisnis kecil dimana ada harapan untuk perkembangan dan
pertumbuhannya.
Jaringan komputer P2P termasuk sebuah cabang (subset)
dari bidang komputasi terdistribusi. Namun komputasi terdistribusi sendiri
bukanlah cabang dari P2P. Sebutan “peer-to-peer” mengisyaratkan sebuah
hubungan kesetaraan (egalitarian relationship) diantara para peer (baca:
pengguna satu dengan yang lainnya). Dan yang terpenting, hubungan ini haruslah
menghasilkan interaksi langsung antara komputer pengguna yang satu dengan
komputer pengguna lainnya. Tanpa embel-embel ada komputer yang berstatus
sebagai client dan berstatus sebagai server.
Secara teknis, jaringan P2P (peer-to-peer)
adalah sebuah jaringan yang memungkinkan semua komputer dalam lingkungannya
bertindak/berstatus sebagai server yang memiliki kemampuan untuk
mendistribusikan sekaligus menerima berkas-berkas atau sumber daya (resource)
yang ada dalam komputer mereka ke komputer lainnya. Jaringan bertipe ini sangat
banyak dijumpai di kantor-kantor yang tidak membutuhkan sebuah sentral
pengaturan laiknya jaringan client-server. Di internet, jaringan P2P
hidup dan berkembang melalui aplikasi-aplikasi populer seperti Napster dan
Gnutella.
Dalam jaringan ini tidak ada komputer yang berfungsi khusus,
dan semua komputer dapat berfungsi sebagai client dan server dalam satu saat
bersamaan. Pengguna masing-masing komputer bertanggung jawab terhadap
administrasi resource komputer ( dengan membuat nama user, membuat share,
menandai ijin mengakses share tersebut). Tiap-tiap user bertanggung jawab juga
mengenal pembackupan data pada komputer. Sayangnya penempatan resource dapat
menjadi sulit pada network peer to peer yang mempunyai lebih banyak komputer.
> Klasifikasi
P2P
Berdasarkan
tingkat/derajat sentralisasinya, jaringan P2P terbagi ke dalam 2 tipe, yakni:
a. P2P Murni (Pure P2P), dengan ciri-ciri sebagai berikut:
➢ Masing-masing
peer berstatus setara (egaliter), setiap peer berstatus
sebagai client juga server.
➢ Tidak
ada server pusat yang mengatur jaringan.
➢ Tidak
ada router yang menjadi pusat jaringan.
b. P2P Hybrid (Hybrid P2P), dengan ciri-ciri sebagai berikut:
➢ Mempunyai
server pusat yang memantau dan menjaga informasi yang berada di setiap peer
sekaligus merespon peer ketika ada yang meminta informasi itu.
➢ Setiap
peer bertanggung jawab untuk menyediakan resource yang tersedia.
Hal ini terjadi karena server pusat tentu diatur sedemikian rupa untuk
tidak memilikinya. Selain itu, hal ini juga dilakukan agar server pusat
tersebut dapat mengetahui resource apa saja yang akan didistribusikan di
dalam jaringan.
➢ Ada router
yang menjadi pusat jaringan.
> manfaat
Peer to Peer
Tujuan utama dari jaringan P2P adalah agar semua peer dapat
menyediakan sekaligus memanfaatkan resource komputer, termasuk bandwith,
media penyimpanan, dan kemampuan komputasi yang ada di dalam jaringan tersebut.
Dengan demikian, ketika node-node (komputer-komputer) telah banyak terhubung
dan terjadi banyak permintaan terhadap sistem, kapasitas total yang dimiliki
oleh sistem juga akan meningkat. Hal ini merupakan kontraproduktif dengan apa
yang terjadi pada sistem client-server. Dalam sistem client-server,
bertambahnya client justru dapat menyebabkan melambatnya transfer data
di dalam sistem.
Sifat terdistribusi yang dimiliki oleh jaringan P2P ini juga dapat
meningkatkan kestabilan/kekokohan (robustness) sistem dari kemungkinan
kegagalan (system failure). Kestabilan ini disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, adanya replikasi/penggandaan data yang terjadi di antara para pengguna
(peer). Kedua, dengan memanfaatkan resource komputer peer itu
sendiri untuk mencari data yang ada di dalam jaringan tanpa mengandalkan satu resource
komputer server saja.
> Topologi
Jaringan Peer to Peer
Shuman Ghosemajumder dalam makalahnya yang berjudul Advanced Peer-Based
Technology Business Models yang diterbitkan pada tahun 2002 membagi
topologi jaringan P2P ke dalam 2 tipe. Berikut tipe-tipe tersebut:
a. Centralized Model
Model ini adalah model yang digunakan oleh Napster. Semua peer (pengguna)
akan terhubung ke satu atau sekelompok (cluster) server. Server
ini berfungsi untuk memfasilitasi (baca: sebagai mediator) hubungan antara peer
dalam jaringan tersebut. Server tersebut dapat memainkan satu, dua atau
ketiga peran berikut ini:
➢ Discovery. Server yang memainkan peran ini akan meyimpan
informasi tentang user yang sedang terhubung ke dalam sistem sekaligus
memungkinkan semua user untuk mengetahui bagaimana cara menghubungi user
tertentu yang sedang berada di dalam jaringan.
➢ Lookup. Server dengan peran lookup memiliki kemampuan server
dengan peran discovery. Hanya saja, server ini juga akan menyediakan
mekanisme pencarian yang tersentralisasi.
➢ Content Delivery. Dalam peran ini, peer akan meng-upload
semua atau beberapa data (content) milik mereka ke server pusat.
Dengan cara ini, proses transfer data menjadi relatif lebih cepat ketimbang
dengan kedua model peran sebelumnya. Dengan beberapa pertimbangan keadaan
tentunya.
b. Decentralized Model
Model ini akan membuat semua peer memiliki
status dan fitur yang sama dalam sebuah jaringan. Jadi, tidak akan ada server
atau client di dalamnya. Contoh aplikasinya adalah Freenet.
Dalam model terdesentralisasi, seorang peer tidak akan dapat mengetahui
jumlah peer lainnya yang sedang terhubung di dalam jaringan. Selain itu,
seorang peer juga tidak akan dapat mengetahui alamat dari peer lain
yang akan dihubunginya. Satu lagi kekurangan model ini adalah bahwa peer tidak
dapat mengetahui isi (content) komputer milik peer lainnya yang
sedang tersedia dalam jaringan.
Meskipun begitu, model desentralisasi juga
memiliki kelebihan. Diantaranya berkaitan dengan masalah keamanan, baik itu
dilihat dari segi teknologi maupun hukum hak cipta. Dari segi teknologi, model
desentralisasi menguntungkan karena akan lepas dari kemungkinan satu serangan
tunggal yang dapat mematikan jaringan. Sedangkan dari segi hukum hak cipta,
meskipun masih menyisakan bias, model ini relatif lebih bebas dari jerat
undang-undang hak cipta karena content yang tersebar dalam jaringan
merupakan data yang hendak saling dipertukarkan. Bukan untuk dijual atau
dibajak.
Warna
|
Urutan
|
Warna
|
Putih
orange
|
1
|
Putih
orange
|
Orange
|
2
|
Orange
|
Putih
hijau
|
3
|
Putih
hijau
|
Biru
|
4
|
Biru
|
Putih
biru
|
5
|
Putih
biru
|
Hijau
|
6
|
Hijau
|
Putih
coklat
|
7
|
Putih
coklat
|
Coklat
|
8
|
Coklat
|
Tabel
1. Susunan kabel straight
Warna
|
Urutan
|
Warna
|
Putih
orange
|
1
|
Putih
hijau
|
Orange
|
2
|
Hijau
|
Putih
hijau
|
3
|
Putih
orange
|
Biru
|
4
|
Biru
|
Putih
biru
|
5
|
Putih
biru
|
Hijau
|
6
|
Orange
|
Putih
coklat
|
7
|
Putih
coklat
|
Coklat
|
8
|
Coklat
|
Tabel
2. Susunan kabel cross
Kabel straight digunakan untuk
jaringan yang menggunakan hub / switch, sedangkan kabel cross
digunakan untuk jaringan peer to peer atau koneksi langsung antar dua buah
device jaringan, misal: komputer to komputer atau hub to
hub.
3.
Alat da Bahan
Ø Kabel UTP
Ø Soket RJ-45
Ø Tang crimping
4.
Langkah percobaan
Ø Kupas kedua ujung kulit luar
kabel utp menggunakan mata pisau
crimping atau gunting, dengan panjang kira-kira 1.5cm.
Ø Kemudian urutkan warna-warnanya
dengan aturan jika ujung kabel satu
menggunakan konfigurasi T568A maka ujung kabel satunya menggunakan T568B.
(Konfigurasi dapat dilihat pada gambar dibawah).
Gambar 1. Konfigurasi
kabel T568A dan T568B
Ø Setelah kedua ujung kabel diurutkan
warnanya sesuai konfigurasi di atas, ratakan ujung kabel utp dengan memotong
sedikit bagian kabel (tidak usah di kupas kabelnya).
Ø Masukkan kabel tersebut kedalam
konektor RJ -45 secara hati-hati, jangan sampai tertukar urutannya.
Ø Kemudian crimping/jepit kabel
tersebut menggunakan tang crimping sampai terdenga suara klik. (Ingat dalam
mengcrimping jangan terlalu keras menekan krn menyebabkan konektor patah.
Ø Melakukan tes pada kabel, apakan
dapat digunakan atau tidak dengan cable testing.
Ø Memasukkan kabel tersebut ke dalam
LAN card kedua computer.
Ø Mengatur password menjadi nonaktif.
Gambar 2.
Mematikan password
Ø Mengatur IP address pada local area
network.
Gambar 3.
Pemilihan local area network
Gambar 4. Kotak
dialog local area network
Gambar 5.
Pemilihan internet protocol version
Gambar 6.
Pengisian IP address
Ø Setelah mengisi IP address yang
berbeda kemudian buka run dan ketik perintah sebagai berikut:
Gambar 7.
Memanggil IP address computer lain
0 comments:
Post a Comment